Pada suatu kelas dengan suasana yang tak kondusif, malah terkesan seperti kondisi pasar pada pagi hari. Itulah yang tersurat ketika presentasi seorang teman ku sedang mempresentasikan makalahnya. Ironis ketika temanku itu sedang mempresentasikan metode mengajar edukatif yang interaktif, namun suasana interaktif tak tertuang dalam ruangan tersebut. Hanyalah interaktif antar bangku yang terjadi, bukan antara dosen dengan mahasiswa yang berada dalam ruangan tersebut.

Dosen itu pun nampak sabar sekali melihat sekerumunannya mengoceh, dihampirilah perlahan, dan duduk tepat di depanku. Aku pun sama seperti yang lain, terkadang pindah ke kursi belakang untuk mengobrolkan tugas yang akan datang. Dengan sabar beliau, memperhatikan presentasi temanku itu. Nampaknya hanya 10persen saja yang mendengarkan presenter itu. Entah kurang menarik penyajiannya, atau memang sama sekali tidak paham materi yang diberikan. Dan selesailah presentasi itu kurang lebih  15 menit. Dosen yang sudah udzur itu pun berjalan pelan ke depan dan duduk sambil menerangkan.

Aku pun mulai tertarik untuk mendengarkan, banyak pengalaman yang beliau dapati. Berbagi cerita sehingga ku tertarik menanyakan suatu hal yang kadang itu sering saya jumpai. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya ketika tiba kesempatan untuk bertanya. “Bu, bagaimana langkah untuk menangani ketika kita menerapkan pola belajar edukatif interaktif, namun ada satu anak yang tidak mau diajak untuk berinteraktif?”. Beliau menjawab dengan singkat, “Mengajar pakailah hati,nak.” Deggg… Penuh tanda tanya… Beliau pun menceritakan beberapa pengalamannya. Hingga kini, masih menjadi pertanyaan, Bagaimana mengajar dengan Hati?

Written by 

Leave a Reply